
GenPI.co - Mungkin saja tidak semuanya benar. Tapi begitu banyak kalimat yang diucapkan Menkeu baru Purbaya Yudhi Sadewa di DPR Rabu kemarin yang bisa dijadikan headline judul oleh wartawan.
Sekaligus harus dijadikan topik diskusi di kelas-kelas S-1, S-2, S-3 fakultas ekonomi. Semua kalimat itu juga bisa dijadikan bahan rujak: Rujak Purbaya.
Purbaya menyadari itu sejak di awal bicara. "Saya minta maaf kalau akan ada yang tersinggung. Ini demi perbaikan ekonomi," katanya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Judi Ferry
Ketua Komisi XI DPR M. Misbakhun memang minta Purbaya bicara sebagai Purbaya. "Wah, saya ini sudah ingin berhenti jadi cowboy disuruh jadi cowboy lagi," celetuk Purbaya. Itu karakternya: bicara apa adanya.
Anda sudah tahu: Misbakhun juga jago ekonomi-keuangan-perpajakan. Sejak ia masih di PKS. Sampai pun sudah di Golkar. Anda juga lebih tahu: Misbakhun sering berseberangan dengan Menkeu Sri Mulyani.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tionghoa Sholehah
Saya pun menyimak Purbaya bicara dengan waswas: seberapa banyak pihak yang akan tersinggung dari kalimat yang diucapkannya. Setiap kalimat baru diucapkan saya khawatir: siapa lagi yang akan terkena peluru.
Inti pendapatnya: ekonomi kita lemah karena dua mesin penggerak ekonomi kita dicekik mati. Mesin moneter dan mesin fiskal.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Hijrah Riba
Mesin moneter ada di Bank Indonesia. Mesin fiskal ada di Kementerian Keuangan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News