
GenPI.co - "Gunung tidak harus tinggi, yang penting ada dewanya. Sungai tidak harus dalam, yang penting ada naganya".
Saya ikut menyebar luaskan pepatah lama Tiongkok itu. Setidaknya di saat Radio Suara Surabaya berulang tahun. Kemarin. Yang ke-42.
Hidup itu tidak harus menjadi yang serba ”ter”: Terkaya, terbesar, tertinggi, terpandai, terkuasa, dan seterusnya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Bayi Sesar
Tapi jangan juga biasa-biasa saja.
Radio SS bukan yang terbesar di Indonesia. Tapi juga bukan radio yang biasa-biasa saja. Ibarat gunung, radio SS tidak setinggi Semeru atau Merapi tapi ia seperti Gunung Kawi: tidak tinggi tapi banyak dipuji dan dikunjungi.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Koperasi Merah Putih
Tidak ada rasa keterikatan warga terhadap media melebihi keterikatan orang Surabaya pada SS. Apalagi di saat tidak ada lagi keterikatan orang pada koran di suatu kota.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berfoto bersama kru Radio Suara Surabaya saat perayaan ulang tahun ke-42 Radio SS, 11 Juni 2025.-Dokumentasi Radio Suara Surabaya-
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Matahari Pintar
Di saat tertentu orang Surabaya bisa berjam-jam memantau SS. Termasuk saya. Misalnya dua bulan lalu. Yakni saat seorang kurir menelepon SS. Ia melaporkan sepeda motornya dicuri orang. Padahal sepeda motor itu hanya ditinggal sebentar. Hanya menyerahkan barang ke teras rumah orang. Yang menarik, di sepeda motor itu masih ada 40 barang yang masih harus diantarkan ke calon penerima.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News