
GenPI.co - "Tidak boleh menginap di hotel," ujar Dr Al Busyra Basnur. "Di Wisma Kedutaan saja. Kosong," ujar Duta Besar Indonesia untuk Ethiopia dan Djibouti itu.
Bukan untuk menghemat. Lebih karena ingin banyak ngobrol.
Kami adalah sesama penulis. Ia lebih andal: sudah lebih 20 buku ia terbitkan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Oplosan Blending
Juga sesama mantan wartawan. Bahkan Al sudah jadi wartawan saat masih di SMA di Bukittinggi. Tulisannya tersebar di harian Haluan dan Singgalang. Lalu ke koran nasional.
Kami juga punya nama belakang buatan sendiri. Nama ''Basnur'' di belakang Al Busyra adalah singkatan nama ayah-ibunya: Basaruddin dan Nurlela. Itu, awalnya, ''nama pena''. Di setiap karya tulisnya Al pakai nama Al Busyra Basnur. Lalu lebih dikenal. Kelak ia harus mengganti nama di ijazah-ijazahnya dengan nama pena-nya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Bulgalbi Ortodok
Maka saya tidur di kamar tua di belakangnya gedung di belakang kedutaan. Ada ruang tamu. Toilet. Dua kamar tidur. Cukup lapang tapi bangunan lama. Pintunya, dindingnya, plafonnya, perabotnya terasa nan silam.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Danantara Kubur
Di pintu sebelah juga ada wisma serupa. Juga dua kamar dan ruang tamu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News