GenPI.co - Proses identifikasi jenazah korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo terkendala kerusakan sidik jari.
Kabid Disaster Victim Identification (DVI) Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri Kombes Pol dr Wahyu Hidajati mengatakan pihaknya memaksimalkan metode identifikasi melalui DNA.
"Dari 5 jenazah yang diperiksa ini kan rata-rata usia 12-15 tahun. Nah, sidik jarinya sudah mulai rusak karena sudah mulai membusuk," kata dia, dikutip Sabtu (4/10).
BACA JUGA: Korban Runtuhnya Ponpes Al Khoziny Capai 113 Orang, 10 Meninggal Dunia
Wahyu menjelaskan pihaknya memakai metode identifikasi melalui gigi dan pakaian, tetapi tidak memberi hasil maksimal.
Hal ini lantaran pertumbuhan gigi anak usia belasan tahun hampir sama.
BACA JUGA: RS Bhayangkara Siapkan Kontainer Freezer untuk Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny
Sedangkan seragam santri rata-rata sama putih dan sarung tanpa ciri khusus.
Maka dari itu, tim DVI akan memaksimalkan DNA sebagai metode utama.
BACA JUGA: 108 Korban Ponpes Al Khoziny Dievakuasi, 5 Meninggal dan 58 Orang Dalam Pencarian
"Langkah terakhir kami tentu mengambil semua sampel DNA dari keluarga dan jenazah. Kalau DNA terbukti match, itu sudah tidak terbantahkan lagi. Jadi kami menuju ke sana sambil berkejaran dengan waktu,” papar dia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News


















































