
GenPI.co - Meski bencana kelaparan di Gaza telah memicu perhatian global, krisis air sering kali terabaikan.
Di tengah teriknya bulan Agustus, Rana Odeh kembali ke tendanya setelah mengantre selama satu jam demi mendapatkan air.
Dia memegang sebuah kendi berisi air keruh.
BACA JUGA: Inggris dan Yordania Kerja Sama Kirim Bantuan Udara ke Gaza, Fokus Evakuasi Anak-anak
Dia menyeka keringat sambil memikirkan bagaimana membagi air itu untuk dua anaknya yang masih kecil.
Dari warnanya saja, dia tahu air itu kemungkinan besar telah terkontaminasi.
BACA JUGA: Bencana Kelaparan di Gaza, Inggris Salurkan Dana Tambahan Melalui PBB
Namun, rasa haus mengalahkan rasa takut akan penyakit.
"Kami terpaksa memberikannya kepada anak-anak karena tidak punya pilihan lain," ujarnya, dilansir AP News, Minggu (17/8).
BACA JUGA: Pasokan Medis ke Gaza Sangat Kritis, WHO: Butuh Akses Aman dan Berkelanjutan
Pemandangan seperti ini menjadi hal yang lazim di Muwasi, kamp pengungsian luas di Gaza yang kini menampung ratusan ribu jiwa.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News