GenPI.co - Pengamat politik dari Citra Institute Efriza menyoroti konflik internal PPP saat Muktamar X yang berujung pada kericuhan.
Efriza mengatakan konflik internal tersebut akan berisiko membuat PPP semakin terpuruk di Pemilu 2029 jika tidak segera diselesaikan.
“PPP kesulitan menjadi rumah besar bagi umat Islam. Usia partai boleh tua, namun ternyata PPP tak memiliki manajemen konflik internal,” katanya dikutip dari JPNN, Senin (29/9).
BACA JUGA: DPW PPP Sumsel Tak Akui Agus Suparmanto, Kubu Rommy Disebut Tidak Sesuai AD/ART
Menurut dia, kericuhan tersebut membuktikan demokrasi internal yang buruk. Kemudian juga perebutan legitimasi politik di tubuh partai berlambang Kabah itu.
Efriza menyebut kemunculkan dua kubu saat muktamar adalajh cerminan terjadinya kegagalan konsolidasi.
BACA JUGA: Rommy PPP Klaim Terpilihnya Agus Suparmanto Jadi Ketum Sesuai Aturan Partai
“Klaim aklamasi dari dua kubu menunjukkan ada perebutan legitimnasi, dan tak ada upaya konsensus di antara dua kubu,” ujarnya.
Dia menilai situasi tersebut hanya memperburuk citra PPP dan berisiko pada semakin hilangnya basis dukungan tradisional yang selama ini menjadi kekuatan.
BACA JUGA: Muhamad Mardiono Ambil Langkah Hukum soal Kericuhan Muktamar PPP
Sebagai partai tua dengan akar sejarah, dan basis ideologis yang kuat, seharusnya PPP mampu menyelesaiokan proses pencalonan melalui mekanisme yang ada.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News


















































