GenPI.co - Hampir seribu orang kumpul. Semua pengusaha. Tionghoa. Di Batu, dekat Malang. Kamis malam, 23 Oktober 2025.
Saya tahu perasaan mereka –dan perasaan pengusaha pada umumnya: ke mana arah pembangunan ekonomi Indonesia ke depan.
Maka ketika saya diminta berbicara di depan mereka gambaran itu saya paparkan. Singkat. Sepengetahuan saya saja –yang bukan orang pemerintah.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Jembatan Putranto
Mereka bukan hanya pengusaha. Mereka juga aktivis. Utamanya di bidang sosial. Organisasi mereka disebut "Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia, PSMTI". Saya menjadi bagiannya. Mereka sedang rapat kerja nasional.
Saya tahu: mereka sangat ingin Indonesia menjadi negara maju. Begitulah umumnya keinginan pengusaha. Agar usaha mereka ikut maju.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Putus Rantai
Saya juga tahu: dulu, mereka sangat pro Jokowi. Sebagian kurang suka Prabowo –utamanya sejak kerusuhan tahun 1998. Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang realistis. Begitu Prabowo menjadi presiden mereka menerimanya sebagai kenyataan.
Saya pun ingin meyakinkan mereka: Perubahan arah ekonomi yang dilakukan Prabowo bertujuan baik. Yakni agar Indonesia bisa keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah --yang membuat Indonesia tidak mungkin bisa menjadi negara maju.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Takdir Al Khoziny
Saya pun menunjukkan fakta bahwa selama 10 tahun terakhir jumlah kelas menengah kita turun. Sampai delapan juta orang. Pendapatan per kapita rakyat kita baru USD 4.800. Padahal, kalau Indonesia ingin menjadi negara maju angka itu seharusnya USD 12.000.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News


















































