Catatan Dahlan Iskan: Batas Sabar

7 hours ago 5
 Batas Sabar - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

GenPI.co - Sebagai pemimpin baru Kanada, Mark Carney harusnya ”sowan” ke tetangga terdekatnya dulu: Amerika Serikat.

Duta Besar Kanada di Washington DC sudah berusaha untuk bikin janji bertemu Trump. Belum berhasil.

Saya sungguh ingin melihat live show pertemuan dua tetangga dekat itu di Gedung Putih. Apakah akan bertengkar seperti live dengan Presiden Ukraina Zelenskyy atau akan monolog seperti dengan pemimpin Irlandia, Martin.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Gemerlap Danantara

Sambil menunggu lampu hijau dari Gedung Putih itu Carney pun "melanggar" tradisi para pemimpin Kanada sebelumnya: ia pergi ke Prancis dulu, lalu ke Inggris. Dua negara itu adalah mantan penjajah Kanada. Bahkan sampai sekarang pun Raja Kanada adalah Raja Inggris: Charles.

Bahwa Carney ke Prancis dulu bisa jadi soal teknis saja. Bisa juga untuk menenggang rasa kecewa dari penduduk provinsi Quebec. Dua kali penduduk Quebec melaksanakan referendum: tetap menjadi bagian dari Kanada atau menjadi negara merdeka.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Kawan Lama

Referendum pertama di tahun 1980: "No" yang menang. Hampir 60 persen. Artinya: tidak mau merdeka. Di referendum kedua, tahun 1995, "No" menang lagi. Tipis sekali. Sekitar satu persen saja. Quebec nyaris merdeka.

Jalannya referendum kedua itu tidak bisa saya lupakan. Saat itu saya sedang di Amerika Serikat. Pemungutan suaranya disiarkan secara live. Perolehan angkanya kejar-kejaran. Sangat ketat. Emosional sekali. Kamera sering menyorot wajah-wajah yang tegang. Lalu wajah yang penuh duka di saat yang ingin merdeka kalah amat tipis.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Perang Listrik

Mereka ingin merdeka sejak lama: merasa dinomorduakan oleh pemerintah pusat yang dikuasai oleh mereka yang berbahasa Inggris.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Read Entire Article
Kuliner | Cerita | | |