GenPI.co - Pengamat hukum dan politik Pieter C. Zulkifli menilai ada agenda tertentu di balik gelombang narasi negatif terhadap Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
“Gelombang fitnah terhadap Jokowi dan keluarga diduga tidak hanya kritik. Namun strategi politik menjelang Pilpres 2029,” katanya dikutip dari JPNN, Kamis (23/10).
Menurut dia, kepemimpinan Jokowi selama sepuluh tahun merupakan fase paling dinamis pada era sejarah modern Indonesia.
BACA JUGA: Jokowi Sebut Program Prabowo Subianto Berjalan Baik, MBG Diapresiasi Rakyat
Indonesia pada periode itu mengalami percepatan pembangunan infrastruktur, transformasi digital, serta ketegasan diplomasi luar negeri.
Setelah kekuasaan berpindah tangan, justru muncul gelombang narasi yang ingin menggugat semua capaian Jokowi melalui fitnah dan disinformasi yang sistematis.
BACA JUGA: Bestari Barus Sebut Jokowi Inspirator, Diharap Jadi Bagian PSI pada Waktunya
Eks Ketua Komisi III DPR RI itu mencontohkan soal dugaan ijazah palsu yang paling mencolok bagaimana tuduhan tanpa dasar itu berkembang.
Dia mengungkapkan Mahkamah Konstitusi (MK), perguruan tinggi, hingga lembaga hukum sudah menyatakan tidak ada kejanggalan.
BACA JUGA: Prabowo Subianto Tanggung Beban Politik Jokowi, Pembangunan IKN Disinggung
Tetapi isu ijazah palsu tersebut terus dihidupkan dan seolah kebenaran bisa ditentukan melalui opini bukan fakta hukum.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
