Tujuh Tahun, Lalu Asap

1 week ago 13

Tujuh Tahun, Lalu Asap

Selamat ulang tahun, lelaki yang pernah kusebut rumah,
yang pernah duduk bersamaku di musim hujan
dan merangkai harap dengan benang waktu.
Tujuh tahun kau singgah,
bukan sebentar,
namun ternyata tak cukup untuk kau mengerti
apa itu kesetiaan.

Kau jatuhkan cinta
pada perempuan yang telah jadi persinggahan,
di mana banyak pelaut
menambatkan nafsu lalu pergi tanpa jejak.

Tak ada lelaki waras
yang ingin berlabuh di dermaga usang itu,
kecuali kau,
yang memaknai cinta seperti permainan kabut dan api.

Dulu, aku rumah.
Tempat pulang dari badai,
hangat meski hanya dengan pelukan dan dua cangkir kopi.
Tapi kau tinggalkan itu semua
demi ilusi yang gemerlap di luar jendela.

Kau kira bunga itu wangi,
padahal hanya sisa dupa yang terbakar terlalu sering.
Kau kira ia suci,
padahal jejak tangan asing masih membekas di kulit niatnya.

Aku tak iri,
karena cinta bukan lagi soal memiliki,
tapi siapa yang layak dimiliki.

Kau pilih jalan bercabang,
dan biarkan aku berjalan lurus—meski sendiri.
Kini, aku tak lagi menoleh ke belakang,
biarlah jejakmu menghilang ditelan malam.

Nikmati saja cinta semu itu,
karena tak lama lagi
kau akan tahu:
yang mengkilap tak selalu emas.

Bukittinggi, 10/04/2025 

Lindafang 

Read Entire Article
Kuliner | Cerita | | |