
GenPI.co - Amerika Serikat menerapkan tarif hingga 50% terhadap barang-barang dari Brasil, Rabu (6/8).
Dilansir Reuters, hal itu menjadi salah satu kebijakan perdagangan paling agresif Presiden Donald Trump terhadap negara mitra.
Namun, tarif tersebut diperkirakan tidak akan mengguncang ekonomi Brasil secara signifikan, berkat sejumlah pengecualian dan hubungan dagang yang makin kuat dengan China.
BACA JUGA: KKJ 2025: Budaya dan Ekonomi Kreatif Jadi Motor Pertumbuhan Jawa Barat
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyebut Trump sebagai "kaisar tak diinginkan" dan menuduh kebijakan tarifnya sebagai bentuk pemerasan.
Meski terbuka untuk negosiasi perdagangan, Lula menolak tekanan AS terkait persidangan sekutu politik Jair Bolsonaro yang sedang diadili atas dugaan makar.
BACA JUGA: FORNAS 2025 Bukti Industri Olahraga Mampu Jadi Daya Ungkit Ekonomi Daerah
Berbeda dengan Meksiko dan Kanada yang sangat bergantung pada pasar AS, hanya 12% ekspor Brasil menuju AS.
Sebaliknya, 28% ekspor Brasil kini ditujukan ke China yang nilainya terus melonjak dalam satu dekade terakhir.
BACA JUGA: IMF Peringatkan Ketegangan Perdagangan Masih Bayangi Ekonomi Global
Menteri Perencanaan Brasil Simone Tebet menekankan sebagian besar ekspor agribisnis dan industri Brasil kini lebih mengandalkan Asia daripada Amerika.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News