GenPI.co - Bissan Younis berdiri murung di antara deretan tenda yang dikelilingi puing-puing di Jalur Gaza.
Perkemahan sederhana itu pernah menjadi sekolah darurat bagi putranya, Kareem, tetapi kini tidak lagi bisa menampungnya.
"Sebagian besar sekolah hancur. Setiap sekolah yang saya datangi berkata tidak ada tempat," ujarnya, dilansir AP News, Kamis (20/11).
BACA JUGA: Pendidikan di Gaza Nyaris Lumpuh Total, UNICEF Sebut Generasi yang Hilang
Selama dua tahun terakhir, lebih dari 600.000 anak Palestina di Gaza tidak sekolah akibat perang antara Israel dengan Hamas.
Alih-alih belajar, anak-anak berpindah dari satu pengungsian ke pengungsian lain, menghindari serangan udara, dan menghabiskan hari mencari air serta makanan.
BACA JUGA: Dewan Keamanan PBB Setujui Rencana Perdamaian Gaza Versi Trump, Rusia-China Abstain
Dengan gencatan senjata yang sebagian besar bertahan sejak bulan lalu, para pejabat kemanusiaan bergegas membuka kembali sekolah darurat.
UNICEF menegaskan pendidikan sangat penting, tidak hanya untuk perkembangan akademik, tetapi juga untuk menjaga kesehatan mental anak-anak yang hidup di tengah trauma perang.
BACA JUGA: Setiap Langkah di Atas Puing Gaza: Perjuangan Nenek dan Tiga Cucunya
Lebih dari 630.000 anak tidak sekolah dan baru sekitar 100.000 yang bisa kembali mengikuti kelas.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News


















































