GenPI.co - Warga Australia makin sering melakukan diagnosis diri atas kondisi kesehatan mental setelah terpapar konten di media sosial atau percakapan dengan kecerdasan buatan (AI).
Dilansir Australian Associated Press, Jumat (14/11), para ahli memperingatkan bahwa tren ini bisa memicu kesalahan diagnosis, menunda pengobatan, dan memperburuk gejala.
Psikolog klinis UNSW Sydney Profesor Jill Newby mengatakan jumlah orang yang meyakini diri mereka memiliki ADHD, OCD, dan kondisi lain makin tinggi.
BACA JUGA: Amanda Manopo Bebaskan Kenny Austin Syuting dan Berbisnis
Dia menilai tren ini sebagai kekhawatiran serius karena sering kali hanya didasarkan pada konten daring yang mereka lihat.
"Ketika melihat informasi atau video daring, kamu mungkin tidak mencarinya, tetapi bisa merasa relate dan melihat kesamaan dengan pengalaman pribadi. Dari sana, kamu bisa masuk ke 'lubang kelinci' diagnosis diri," ujarnya.
BACA JUGA: Australia Larang Anak Gunakan Media Sosial, Meta dan TikTok Siap Hadapi Tantangan
Menurut dia, bahasa klinis kini kian umum dipakai dalam percakapan sehari-hari.
Meski bisa membantu mengurangi stigma, hal ini juga mengaburkan batas antara pengalaman manusia yang normal dengan gangguan mental.
BACA JUGA: Cegah Perundungan Daring, Australia Larang Anak di Bawah 16 Tahun Pakai Media Sosial
Dia mencontohkan OCD, di mana gejala seperti pikiran intrusif sebenarnya dialami hingga 90 persen orang.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News


















































